Rabu, 13 Februari 2008

Antara Budaya dan Agama



Mana Lebih Dulu Agama dan Budaya??
Setiap suku yang ada di Indonesia ini pasti memiliki budaya. Yang menjadi pertanyaan adalalah, Budayakah yang menjadi Agama, atau Agama yang menjadi Budaya. Pertanyaan ini memang agak sedikit membingungkan kita. Namun saya yakin anda yang membaca ini pasti memberikan komentar. Terimakasih atas komentar Andan.

Kemesraan Ini


Kemesraan ini..janganlah cepat berlalu...
Itulah dambaan kami berdua. Kadang kala beratnya rintangan dalam rumah tangga acap kali membuat hubungan rumah tangga berakhir dengan perpisahan. Namun bagi kami, seberat apa pun persoalan itu akan kami lalui bersama-sama. Saya masih ingat dengan puisi isteriku.. ia pernah mengatakannya kepadaku, "Aku menincintaimu bukan karena kelebihanku, namun akau mencintaimu karena kekuranganmu."
Itulah yang menjadi cambuk dan lentera bagi saya seorang suami. Dimana isteriku mencintaiku bukan karena melihat kelebihanku, melainkan melihat kekuranganku. Suatu ungkapan yang mengguah hati dan jiwaku.
Semoga kemesraan ini tidak berlalu isteriku.

Aku dan Isteriku


Kami berdua dipersatukan Tuhan menjadi Suami Isteri tepatnya pada tanggal 8 Juni 2007 lalu. Isteri saya bernama Seriati br Ginting STh. Ia kelahiran Siantar 26 tahun yang lalu. Perjalanan percintaan kami lumayan panjang. Saya kenal isteri saya ini sewaktu kami sama-sama kuliah di STAKN (Sekolah Tinggi Agama Kristen Nengeri) Tarutung tahun 2000 lalu.
Saat itu masih semester III. Kebetulah kami berdua satu ruangan. Kesan pertama saya melihat isteri saya ini biasa saja, dan ia juga sebaliknya. Hanya saja, talenta yang dimiliki isteri saya ini lumayan banyak, (bukan membanggakan). Didunia tarik suara ia tidak diragukan lagi, demikian juga dengan Puisi.
Hal itulah yang membuat saya pertama sekali terpanah akan sosok isteri saya ini. Saya masih ingat, sewaktu ibadah pagi di kampus, ia tampil untuk membawakan renungan, dan dalam renungan itu ia menyelipkan sebuah lagu yang dapat menggugah hati saya waktu itu. Itulah kesan pertama saya melihat sang pujaan hatiku yang sekarang sudah menjadi temah hidupku.
Perjalanan cinta kami ibarat layang-layang diterpa angin. Kadang terbang tinggi, dan kadang juga sampai putus. Saya tidak ingat lagi berapa kali kami putus dan nyambung kembali. Hanya saja kontak bathin diantara kami berdua cukup tinggi.
Memang saya harus mengakui, selama di bangku kuliah prestasi dari isteri saya ini cukup membanggakan, jauh mengalahkan saya. Bahkan didalam menyusun skripsi pun tidak terlepas dari bantuan dan peransertanya, sehingga kami bisa sama-sama diwisuda tahun 2004 lalu.
Satu nilai positif yang tidak bisa kami lupakan sampai saat ini, dimana dari sekian banyak teman-teman kami yang pacaran ketika itu, kami lah satu-satunya yang langgeng sampai kepelaminan. Teman-teman satu angkatan dengan kami banyak memuji keutuhan perjalanan percintaan kami, karena mereka tahu persis arus gelombang yang menghantam hubungan kami saat itu. Puji Tuhan walau pun begitu besarnya gelombang angin saat itu, kami dapat melaluinya sampai saat ini.
Saya juga harus mengakui, setelah kami berumahtangga lebih kurang 7 bulan, kami tidak merasa asing lagi, karena kami sudah saling mengenal dari dulu. Mungkin ini lah yang membuat keharmonisan rumahtangga kami sampai saat ini masih terjalin dengan baik, walau pun kadang kala ada persoalan dalam rumah tangga. Kini kami berdua tinggal di Sibolga, dan isteri saya bekerja sebagai PNS bidang study Agama Kristen di SMA 2 Pandan. Sedangkan saya berpofesi sebagai wartawan.
Kesimpulannya, lamanya berpacaran ternyata berpengaruh besar didalam rumahtangga.

Tari Balikah Atau Tari Balige

Jika Anda melihat foto ini, sudah pasti anda setuju bahwa tarian yang dipertunjukkan kedua wanita cantik ini adalah tari dari asal BALI. Saya pun setuju dengan anda. Namun saya ingin sampaikan, baha di wilayah Sumatera Utara ada daerah yang bernama BALIGE ibu kota dari Kabupaten TOBA SAMOSIR hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Daerah disebut BALIGE. Saya berfikir apakah antara BALI dengan BALIGE ada persamaannya?? Jika ditilik dari jenis tariannya ada persamaan. Kalau di BALIGE tari seperti yang diperankan kedua wanita cantik yang di foto ini disebut Tortor Siburuk. Disebut Tortor Siburuk karena bentuk tariannya seperti buruk Siburuk, dalam baha Indonesia disebut burung Ruak-ruak. Hanya saja polsen busana yang digunakan wanita ini menggunakan busa Adat Bali. Jika seandainya mereka menggunakan busana Ulos Batak, maka tarian ini sudah pasti tarian Balige.