Senin, 09 Maret 2009

Agama

Ephorus Lutheran Belanda Bertemu Dengan Tokoh Agama Tapteng
Pandan, Batak Pos
Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church Ilona Fritz, Sekretarisnya Coby, mantan Dosen Sekolah Tinggi Theologi (STT) Pematangsiantar, Saparini Siregar beserta rombongan bertemu dengan tokoh agama Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) di ruangan Cendrawasih Kabupaten Tapteng, Sumatera Utara, Sabtu (14/2).
Pada pertemuan tersebut, Ilona Fritz selaku Ephorus dari Negara Belanda itu mengatakan tujuan mereka datang dan bertemu dengan tokoh agama di kabupaten Tapteng karena ingin melihat kehidupan umat beragama di kabupaten Tapteng yang rukun dengan berbeda agama, juga ingin berbagi pengalaman dengan para tokoh agama.
“Saya dan keluarga tinggal di Amsterdam Negara yang kebanyakan penduduknya kebanyakan pendatang dari berbagai Negara, seperti Suriname, Afrika, Asia dan Negara bagian Timur. Kami hidup bersama dengan menghadapi berbagai budaya dan agama dan kami membangun gereja, masjid dan tempat beribadah agama budha dan agama lainnya,” tuturnya menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan penerjemahnya J Matondang.
Dikatakannya, berbeda pada tahun 2002 lalu, dimana salah satu pesawat jatuh ke Negara Amerika dan membuat banyak orang meninggal dunia dari berbagai agama yang berbeda, sehingga membuat konflik baru di Negara-negara Eropa.
“Pada saat itu kita sama-sama berduka, membantu dengan sama-sama membangun perkumpulan. Selain itu, juga kita ketahui ada berbagai konflik di seluruh dunia, seperti konflik di Israel, Afganistan dan konflik dibeberapa kota lainnya. Dan kedatangan kami kesini untuk melihat langsung bagaimana kerukunan umat beragama dapat terjalin dengan berbeda budaya dan agama di Indonesia khususnya Tapteng,” jelasnya.
Amatan Batak Pos pada pertermuan tersebut, antara rombongan Ephorus dari Belanda tersebut, bertukar pengalaan dengan para tokoh agama di Kabupaten Tapteng untuk dapat menjadi masukan menerapkan kerukunan beragama, dengan kondisi penduduknya yang beragam budaya, suku dan agama.
Sementara itu, Pdt Sutoyo Virajayo SAg perwakilan dari agama Budha yag ada di Sibolga-Tapteng mengatakan, meskipun berbagai agama, budaya dan suku ada di Sibolga-Tapteng, namun kerukunan umat beragama terjalin dengan baik.
“Hal tersebut, terlihat pada saat perayaan hari-hari besar agama Budha masyarakat yang beragama Islam dan Kristen bersama-sama dengan kami memasak dan menghidangkan masakan yang disantap bersama-sama. Selain itu, meskipun di kota Sibolga ini hampir 95 persen umat Budha tersebut, dari etnis Cina dan 5 persen lagi dari suku jawa, batak dan lainnya,” jelas Pdt Sutoyo sembari mengatakan sudah bertugas di Sibolga-Tapteng selama 22 tahun sejak tahun 1987 sampai 2009.
Dikatakannya, berhimpunnnya pimpinan agama di FKUB, kerukunan umat beragama dapat selalu terjalin, karena setiap ada masalah dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.
Pdt Maringan Simamora, STh selaku Ketua Badan kerjasama Antar Gereja (BKAG) wilayah Tapteng mewakili umat Kristen mengatakan, pengalaman terjalinnya kerukunan agama di Kabupaten Tapteng, karena masih adanya ikatan keluarga dan masih menganggap satu rumpun atau kampung tanpa membicarakan apa agama yang dianut.
“Masing-masing agama mempunyai kebenaran menurut penganutnya. Harapan kita dengan duduk bersama pemuka agama juga dapat membuat duduk bersama para umat beragama,” katanya.
Sementara itu, ketua MUI Tapteng, Ngadiman KS mewakili umat Islam menjelaskan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin, dimana dalam menjalin kerukunan umat beragama, umat Islam tidak pernah mencampuri agama lain, sehingga dari dulu kekeluargaan dan kerukunan umat beragama yang berbeda tetap terjalin.
“Sebenarnya, tidak dipungkiri bahwa budaya perpecahan yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia merupakan budaya peningggalan Negara Belanda pada saat menjajah Indonesia yang disebut dengan pecaha belah dan kuasai (Devide et Impera),” katanya.
Turut memberikan pengalaman dan masukan akan kerukunan umat beragama yang terus terjalin di Indonesia, khususnya di Kabupaten Tapteng, yakni kepala kantor Departemen Agama kabupaten Tapteng, Drs Dur Brutu, dan mewakili GAMKI Tapteng.
Mendengar keterangan para tokoh agama di Kabupaten Tapteng, Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church, Mrs Ilona menurutkan, bahwa dengan terpilihnya Barack Obama Husein sebagai presiden Amerika Serikat dapat membawa kebiasaan baru di Negara-negara Eropa yang selama ini memandang nama berbau Islam dianggap teroris.
Menurutnya, semua orang hidup dalam kebebasan dengan berbagai budaya, agama dan suku dan usai perang dunia II (kedua) Negara Belanda banyak berubah dengan banyaknya kebudayaan dan agama. “Saya senang dapat ide-ide untuk menjalin kerukunan beragama yang harus dimulai dari bawah. Kami di Amsterdam juga hidup damai dari berbagai agama dan kebudayaan dan berharap terjalinnya kerukunan bergama merupakan perjalanan panjang yang harus dilakukan,” ujarnya.
Usai saling tukar pengalaman untuk menjalin kerukunan beragama antara kedua Negara yakni Indonesia dan Belanda, Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church bersama rombongan di ulosi sebagai tanda kerukunan umat beragama di Tapteng masih erat, sekanjutnya rombongan Ephorus foto bersama dengan para tokoh agama di depan kantor Bupati Tapteng. (Jason Gultom)
Keterangan Foto
Ephorus Lutheran Belanda Diulosi
Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church Ilona Fritz foto bersama dengan Wakil Bupati Tapteng usai diulosi pada pertemuan diskusi kerukunan umat beragama. Menurut Ephorus Gereja Lutheran Belanda ini, ia salut atas kehidupan kerukunan umat Beraga di Indonesia khususnya di Tapteng. (Batak Pos/Jason Gultom)

Kabar Gembira


Pemkab Tapteng Buka Lowongan Perawat PTT
Tapteng, Batak Pos
Ini adalah kabar gembira bagi tenaga kesehatan khususnya bidang keperawatan. Dimana Departemen Kesehatan (Dekes) RI akan memberikan peluang bagi tenaga keperawatan lulusan Diploma Tiga (D3) dan S1untuk direkrut menjadi tenaga PTT (Pegawai tidak tetap). Demikian disampaikan Kadis Kesehatan Pemkab Tapteng, Hajopan Simanjuntak SKM pada acara peresmian Puskesmas di Kecamatan Pasaribu Tobing, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Rabu(25/2).
Menurut Kadis, surat penerimaan tenaga PTT keperawatan telah dikirimkan dari Dekpes RI ke Pemkab Tapteng, selanjutnya Pemkab Tapteng memberikan usulan penerimaan tenaga PTT untuk wilayah Pemkab Tapteng ke Depkes. “Setelah kita menerima surat pemberitahuan tersebut, kita langsung kirimkan surat usulan penerimaan untuk wilayah Pemkab Tapteng. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah ada surat persetujuan dari Depkes,”katanya.
Dengan dibukanya peluang ini lanjut Hajopan, maka laju pembangunan khususnya dibidang kesehatan di Tapteng ini akan terus meningkat. Karena banyak putra-putri dari daerah ini yang berpendidikan keperawatan tidak memiliki kesempatan untuk mengabdi sebagai tenaga medis karena tidak adanya peluang.
“Selama ini yang diberikan pemerintah peluang untuk PTT adalah bidan dan dokter, dan baru kali ini ada terobosan yang meberikan kesempatan yang sama kepada tenaga perawat. Kita sangat menyambut baik dengan peluang yang diberikan pemerintah pusat ini. Saya berjanji setelah keluar surat persetujuan dari Depkes, maka putra-putri bapak yang memiliki pendidikan D3 dan S1 keperawatan agar segera mendaftar, karena kita sangat mengutamakan putra-putri daerah kita ini,”sebut Hajopan yang disambut tepuk tangan masyarakat Kecamatan Pasaribu Tobing yang menghadiri acara peresmian pengoperasian Puskesmas Pasaribu Tobing.
Pada kesempatan itu juga, Dinas Catatan Sipil Kependudukan dan Keluarga Berencana Pemkab Tapteng turut hadir untuk meberikan bantuan bagi masyarakat Kecamatan Pasaribu Tobing. Ada pun bantuan yang diberikan langsung oleh Budiman Ginting SH selaku Kadis Capil Kependudukan dan KB berupa alat KB IUD (khusus untuk perempuan dan alat KB Pasectomy (khusus laki-laki). (Jason Gultom)

Pendidikan Itu Memang Mahal

Sebanyak 1.884 Perserta Ikuti Seleksi Masuk UI di Tapteng
Pandan, Batak Pos
Keseriusan Pemkab Tapteng untuk meningkatkan mutu pendidikan semakin nyata. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama antara Pemkab Tapteng dengan Universitas Indonesia (UI) untuk melaksanakan seleski ujian masuk UI yang diselenggarakan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Minggu (1/3) sebanyak 1.884 orang putra-putri Sumatera Utara (Sumut) adu kemampuan untuk dapat lolos menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Sebanyak 7 sekolah menjadi tempat perserta melaksanakan ujian, diantaranya, SMA Negeri 1 Matauli Pandan, SMP Al Muslimin, SMP Negeri 1 Pandan, SMP Negeri 2 pandan Nauli, SD Fransiskus , SMP Fransiskus dan SMA Fransiskus.
Dari 1.884 pendaftar yang mengikuti ujian test masuk UI ini, sebanyak 2 orang peserta mengikuti program S2 dan S3. Sedangkan tim pemantau materi ujian dari Universitas Indonesia diturunkan sebanyak 7 orang, terdiri dari Ebi Junaidi selaku Kordinator, Anondo Wijanarko, Budi Sudiarto, Eka Putra Pratama, Encim Sutisna, Rukhyat dan Sudarmaji, masing-masing anggota.
Sementara itu menurut Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan, Drs Sumartono selaku panitia lokal didampingi Kabid SMP Dinas Pendidikan Tapteng, Drs Kolose Harahap kepada Batak Pos, Sabtu (28/2) mengatakan, diselenggarakannya seleksi masuk UI ini atau yang lebih dikenal dengan (SIMAK-UI) di Kabupaten Tapteng, karena hubungan dan kerjasama yang baik antara Pemkab Tapteng dengan UI serta kemitraan di bidang Pendidikan.
“Ini tidak terlepas dari upaya Bupati kita, Drs Tuani Lumbantobing untuk meningkatakan pendidikan di Tapteng ini. Jadi, dengan adanya kerjasama ini Pemkab Tapteng telah membantu putra-putri Tapteng secara khusus dan umumnya Sumatera Utara, karena mereka tidak perlu jauh-jauh lagi berangkat ke Jakarta hanya untuk mengikuti ujian. Dengan diseleggarakannya SIMAK-UI di Tapteng ini sudah lebih irit biaya,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, kerjasama Pemkab Tapteng dan UI juga diteruskan SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan yang terkait dengan tempat pelaksanaan SIMAK-UI. “Kalau selama ini ada tanggapan yang menyebutkan kuliah di UI hanyalah orang-orang tertentu yang mampu dari segi materi, dengan diselenggarakannya SIMAK-UI yang berlokasi di Tapteng semua putra-putri Sumut bisa menimbah ilmu di UI asalkan dapat lolos dalam seleksi ini,” ujarnya.
Sementara itu menurut Drs Kolose selaku Kabid SMP Dinas Pendidikan Tapteng menyebutkan, jika dipandang dari aspek pendidikan, maka seleksi ini dapat memotivasi para pelajar yang ingin melanjutkan kuliah di UI, dan juga dapat menjadi uji coba profesionalisme guru di daerah Kabupaten Tapteng ini. “Ini menjadi barometer kedepan, dengan suksesnya pelaksanaan ujian ini tidak tertutup kemungkinan Universitas lainnya seperti UGM dan universitas terkenal lainnya akan melakukan hal yang sama nantinya. Kita berharap agar pelaksanaan SIMAK-UI ini dapat berlangsung dengan baik,”harapnya.
Ditanya berapa jumlah pengawas yang dilibatkan dalam pelaksaan ujian ini, ia mengatakan, panitia telah mempersiapkan 190 lebih guru yang berpendidikan Sarjana yang ada di Tapteng
Sementara itu menurut Ebi Junaidi selaku kordinator tim pemantau materi ujian UI mengatakan, jumlah yang akan diterima dari SIMAK-UI ini lebih banyak dari system perekrutan lainnya, yakni sebesar 56 persen dari jumlah kuota keseluruhan mahasiswa yang akan diterima di UI.
Ia menambahkan, sistem SIMAK-UI dilaksanakan serentak di 35 kota di Indonesia ditambah 1 di Kualalumpur, dengan jumlah pendaftar mencapai 80 ribu orang.
Untuk menjaga keamanan peserta ujian, Panitia telah bekerja sama dengan Pihak Polres Tapteng, Satpol PP, Dishub Tapteng. Khusus untuk tenaga polisi, Polres Tapteng menurunkan 100 orang personilnya yang ditempatkan di penginapan, hotel, dan tempat-tempat pelaksanaan ujian. (Jason Gultom)

Bagaimana Nasib Protap???


Gagasan Pembentukan Protap Bukan Sesuatu Yang Terlarang
Pandan, Batak Pos
Ditundanya pembahasan pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) akibat aksi anarkisme yang terjadi di gedung DPRD Sumut beberapa waktu lalu, mendapat tanggapan serius dari Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Tapanuli (LKBH). Menurut Sanggam Tambunan SH selaku ketua LKBH Tapanuli menegaskan, bahwa gagasan pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) bukanlah sesuatu yang terlarang.
“Terwujudnya Propinsi Tapanuli murni aspirasi dari masyarakat Tapanuli, dan itu adalah hak masyarakat. Karena itu adalah aspirasi dari masyarakat, maka masyarakat yang menggagasi terbentuknya Protap harus dilindungi oleh hukum, bukan sebaliknya,”tegas Sanggam kepada Batak Pos saat ditemui di kantornya, Kamis (27/2).
Menurut Sanggam, kenyataan saat ini ada kecenderungan orang yang menggagasi pembentukan Protap ikut diseret-seret dalam peristiwa 3 Februari lalu. Seharunya orang yang melakukan peyimpangan sehingga terjadi aksi anarkis itulah yang harus diproses sesuai dengan hukum yang berlaku di negeri ini, bukan orang atau masyarakat yang menggagasi terbentuknya Protap ikut diseret-seret, karena gagasan pembentukan Protap bukan sesuatu yang salah, atau terlarang.
“Disinilah saya melihat sepertinya ada tekanan-tekanan politik dalam menyelesaikan aksi anarkisme yang terjadi di gedung DPRD Sumut Februari lalu. Kita setuju oknum-oknum yang melakukan aksi kekerasan itu harus ditindak tegas, karena apa pun alasannya tindakan itu tidak dapat dibenarkan, namun orang yang menggagasi pembentukan Protap justru harus dilindungi hukum, karena hak memisahkan diri dari satu Negara dilindungi hukum Internasional, apalagi ini hanya memsisahkan diri dari Propinsi. Jadi harus ada perlindungan hukum kepada mereka yang menggagasi pembentukan Propinsi Tapanuli,”tegasnya.
Untuk itu lanjut pria berkulit putih ini, aparat hukum harus bertindak secara provorsional dan profesional serta dapat membedakan mana tindakan yang terlarang dan mana tindakan yang harus dihormati secara hukum. “Saya hanya meminta dalam menyelesaikan persoalan ini jangan ada politisasi hukum, karena akan menimbulkan masalah yang lain,”harapnya.
Katakan Ya, kalau Ya, Katakan Tidak, Kalau Tidak!
Menurut Sanggam, terjadinya aksi anarkis di gedung DPRD Sumut bulan Feburai lalu karena ada yang tersumbat dan tarik menarik kepentingan dan wilayah. Seharunya DPRD harus mengambil sikap yang tegas tehadap aspirasi ini. “Seperti yang kita ketahui DPRD Sumut tidak memberikan jawaban tegas dalam menyikapi aspirasi pembentukan Protap ini, sehingga ada kekecewaan dikalangan masyarakat yang menginginkan pemekaran segera terwujud. Seharusnya DPRD harus berani memberikan jawaban ya kalau ya, tidak kalau tidak,”sebutnya.
Jangan Ada Anak Tiri dan Anak Kandung
Lebih lanjut Sanggam menilai, dialam reformasi saat ini seharusnya tidak ada lagi istilah anak tiri dan anak kandung. Namun, pada kenyataanya hal itu masih terjadi. “Sebagai contoh, ada beberapa wilayah yang meminta dimekarkan, dalam tempo yang tidak lama sudah terealisasi, sementara gagasan pembentukan Protap sudah lama disuarakan namun sampai saat ini belum terwujud justru ditunda. Seharunya pembahasan Protap harus terus dilaksanakan dan proses hukum terus lanjut. Disinilah kita melihat masih ada istilah anak tiri dan anak kandung itu,”kata Sanggam seraya mengajak agar para elit politik membaca buku karangan Lance Castles yang judulnya Politik Suatu Kesadaran di Sumatera: Tapanuli. (Jason Gultom)
Masyarakat Karo Sibolga Tapteng Sambut Kapolresta Sibolga Yang Baru

Mburo Ate Tedeh, itulah sebahagian adat masyarakat karo untuk menyambut tamu atau tokoh masyarakat Karo yang baru datang ke suatu daerah. Adat Mburu Ate Tedeh ini biasanya dirangkai dengan musik keyboard gendang karo dan penampilan penari sekaligus penyanyi karo yang dikenal dengan sebutan (Perkolong-kolong). Nuansa itulah yang terlihat saat ratusan masyarakat Karo yang berdomisili di Sibolga-Tapteng sewaktu menyambut kehadiran Kapolresta Kota Sibolga yang baru yaitu AKBP Jhony Sebayang bersama dengan isteri boru Taringan.
Acara penyambutan ini dilangsungkan di Gedung Hermina Sarudik, Minggu (8/3). Masyarakat Karo Sibolga-Tapteng yang jumlahnya sekitar 300 KK larut dalam suasana kekeluargaan saat menyanyikan tembang-tembang karo yang diikuti dengan lenggak lenggok tarian karo.
Pada pertemuan itu, pengurus merga (Marga) Silima yang ada di Sibolga-Tapteng menyampaikan ucapan selamat datang bagi Kapolresta Sibolga AKBP Jhony Sebayang yang merupakan putra terbaik masyarakat karo. Dalam sambutannya, Drs Ngalemi Sembiring Brahmana yang merupakan salahsatu pengurus Merga Silima Sibolga-Tapteng didampingi Benyamin Taringan yang juga Kadis Perindag Kota Sibolga mengucapkan selamat datang kepada Kapolres AKBP Jhony Sebayang yang baru bertugas di Sibolga.
“Kami masyarakat karo yang ada di Sibolga-Tapteng ini menyambut kehadiran orangtua kami bapak Kapolresta beserta dengan ibu. Kami masyarakat karo yang ada di dua daerah ini siap mendukung kinerja pak Kapolresta, dan kami juga sangat mengharapkan partisipasi dari pak Kapolresta untuk memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat karo yang ada didua daerah ini,”katanya.
Lebih lanjut dikatan mereka, kehadiran sosok AKBP Jhony Sebayang, mengingatkan mereka akan kehadiran beberapa pejabat marga karo yang telah bertugas di Sibolga Tapteng ini. Diantaranya, Dandim 0211 TT, Danrem, Kepala PM, Kejaksaan, Pengadilan, dan masih banyak lagi jabatan lainnya. Namun yang menduduki jabatan Kapolres baru lah AKBP Jhony Sebayang. “Atas dasar itulah, kami merasa bangga atas jabatan yang baru bapak emban saat ini, kami siap untuk mendukung tugas-tugas Negara yang dibebankan kepada bapak,”katanya.
Sementara itu Kapolres Kota Sibolga AKBP Jhony Sebayang dalam sambutannya, mengaku terharu dan bangga atas penyambutan tersebut. “Kehadiran saya ke tempat ini tidak menjadikan saya sebagai orang asing, karena banyak orangtua saya dan keluarga saya di tempat ini. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih atas sambutan yang luar biasa ini. Untuk itu saya mengajak seluruh masyarakat karo agar jangan melakukan tindakan atau pelanggaran hukum, karena apa pun alasannya kalau sudah melakukan tindakan pidana atau kejahatan harus berurusan dengan hukum,”tandasnya.
Pada kesempatan itu juga dilanjutkan dengan pemberian Uis Beka Buluh (Kain adat karo) kepada Kapolresta beserta dengan istri yang disampaikan oleh pengurus Merga Silima Sibolga-Tapteng yang diiringi musik Odak-odak Karo yang khusus didatangkan dari tanah karo. Acara ini pun berlangsung khitmad dan penuh dengan kekeluargaan. (Jason Gultom)