Senin, 10 Agustus 2009

Pendidikan

SMPN 1 Sibolga Layak Sebagai Sekolah Berstandart Internasional

Sibolga, BATAKPOS

SMP Negeri 1 Sibolga berdasarkan veripikasi Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah pada bulan Mei yang lalu di Sibolga sudah selayaknya menjadi Sekolah Berstandar Nasional. Karena hanya SMPN 1 Sibolga yang lolos berhak mengikuti program Sekolah Standar Nasional. Demikian diungkapkan Kepala Sekolah SMPN 1 Sibolga, Drs Surung Panggabean dihadapan orangtua murid dan komite sekolah SMPN 1 Sibolga saat mensosialisasikan hasil pelatihan Sekolah Standar Nasional di Pekan Baru yang dilaksanakan pada tanggal 27-31 Juli yang lalu, Senin (10/8).

Pada dua tahun yang lewat beberapa SMP di kota Sibolga telah mendapat pembinaan Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) yaitu SMP Negeri 1 Sibolga, SMP Negeri 2 Sibolga, SMP Negeri 3 Sibolga, dan SMP Swasta Fatima Sibolga. Pada bulan Mei 2009, Tim Verifikasi dan Penilai Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah datang ke Sibolga untuk memverifikasi dan menilai keempat Sekolah ini dalam pelaksanaan Rintisan SSN yang dilaksanakan sekolah masing masing dan ternyata hanya SMP N 1 Sibolga yang lolos dan berhak mengikuti program Sekolah Standar Nasional (SSN), jelas Kepala Sekolah.

”Perlu kami jelaskan jenjang tingkatan sekolah berkwalitas Program Pemerintah, UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 35, maupun dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) harus memenuhi 8 Standar yaitu Standar Kompetensi, Standar Isi, Standar Proses, Standar Sarana Prasarana, Standar Tenaga Pendidikan dan Kependidikan,Standar Manajemen, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian,” paparnya.

Dijelaskannya, jenjang atau tingkatan kwalitas pendidikan nasional adalah Sekolah Potensial, yaitu sekolah yang masih banyak kekurangannya untuk memenuhi 8 standar pendidikan dan kemudian sekolah ini dibina menjadi Rintisan Sekolah Standar Nasional dengan mendapat dana sebanyak seratus juta rupiah. ”Sekolah Standar Nasional (SSN) yaitu sekolah yang sudah memenuhi 8 standar pendidikan, terutama proses pembelajaran, tenaga guru harus S-1 maupun mengoperasikan ICT (Computer, Laptop, Infokus) dan mampu berbahasa Inggris. Sarana dan Prasarana, ada perpustakaan, ada laboratorium IPA, ada laboratorium computer dan lapangan pembinaan pramuka, pembinaan upacara Nasional, serta mempunyai keunggulan lokal dan Sekolah persiapkan SSN ini mendapat dana pembinaan dari APBN sebayak seratus juta rupiah,”katany.

Masih menurut penjelasan Drs Surung Panggabean, bahwa di atas Sekolah Standar Nasional masih ada yaitu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan bahasa pengantar pembelajaran menggunakan ICT (ruang belajar serba elekronik) dan mengadopsi kurikulum berstandar Internasional yang dibuat Organization for Economi Co- Operation and Development (OECD).

”Lulusan Sekolah Betaraf Internasional ini mempunyai dua Ijazah, satu Ijazah Nasional dan satu lagi Ijazah Internasional. Jadi, setelah ini kita harus berusaha mencapai Sekolah Internasional dan semua pihak diharapkan berperan aktif untuk mendukung pelaksanaan program. Terutama yang berkemampuan ekonomi, kerena untuk mencapai pendidikan yang bermutu banyak hal yang harus kita benahi,” katanya mengakhiri. (Jas)

Keterangan Foto

SEKOLAH STANDART INTERNAIONAL

Kepala Sekolah SMP Negeri Sibolga, Drs Surung Panggabean saat memaparkan tata cara dan kelayakan sebuha sekolah yang standart Internasional (batakpos/jason gultom)

Perbankkan

Deputri Gubernur BI
Triwulan IIIPerekonomian Indonesia Tumbuh 3-4 %
Sibolga, BATAKPOS

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ardhayadi M mengungkapkan, menggeliatnya perekonomian global, terutama di sejumlah negara emerging Asia telah mendorong peningkatan kinerja perekonomian negara kawasan, termasuk Indonesia.

“Bahkan berdasarkan beberapa indikator, laju ekspansi ekonomi Indonesia pada triwulan III 2009 ini berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya hingga mencapai 3,5-4,0 %, terutama didukung membaiknya pengeluaran konsumsi rumah tangga dan ekspor,” ungkap Ardhayadi M pada acara serah terima jabatan (sertijab) Pemimpin Bank Indonesia (PBI) Sibolga dari Androecia Darwis kepada Muhamad Nur, Senin (10/8) di Graha Aulia BI Sibolga.

Sejalan dengan itu, stabilitas nilai tukar rupiah pada Juli 2009 juga masih tetap terjaga, di mana kurs telah kembali berada di bawah level Rp 9.900/USD. Secara fundamental hal tersebut didukung surplus transaksi berjalan, imbal hasil rupiah yang menarik, risiko yang membaik, serta cadangan devisa yang memadai.

Selain itu, penyaluran kredit perbankan juga mulai menunjukkan perbaikan seiring respon suku bunga perbankan terhadap penurunan BI Rate, kendatipun masih sangat lambat akibat masih rendahnya permintaan kredit terkait rendahnya kegiatan investasi. Sementara disisi mikro, industri perbankan kondisinya relatif stabil yang tercermin dari terjaganya NPL dibawah 5 %.

“Hal ini merupakan fundamental industri perbankan yang kuat karena tidak hanya sebagai alat transmisi yang efektif bagi kebijakan moneter, tetapi juga sebagai penyedia dana bagi pembangunan nasional maupun daerah. Maka itu, kita juga berharap penyaluran kredit terus meningkat seiring dengan semakin kondusifnya sektor riil ke depan, terutama penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit UMKM, mengingat kredit jenis ini sangat penting artinya bagi masyarakat kecil untuk terus bertahan dan mengembangkan usahanya,” bebernya.

Pada Rabu (5/8) minggu lalu, lanjutnya, BI telah menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,50 % melalui keputusan rapat dewan Gubernur BI, bahwa tren penurunan inflasi masih berlanjut seiring terbatasnya permintaan domestik dan terus menurunnya ekspektasi inflasi. Namun demikian, BI telah mencermati munculnya tekanan inflasi pada 2010 mendatang akibat peningkatan permintaan domestik dan kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Dalam konteks itu, kebijakan moneter ke depan akan diarahkan untuk lebih antisipatif, sehingga sasaran inflasi sekitar 5 % di tahun 2010 dapat dicapai.

“Sejalan dengan kondisi sarana dan prasarana transportasi saat ini, maka pengendalian laju inflasi di Sibolga selalu menjadi tantangan. Buktinya, pada Juli 2009, terjadi inflasi sebesar 0,97 % (mtm) atau hampir sama dengan rata-rata kota di Sumatera Utara (Sumut) sebesar 0,96 %, namun lebih besar dari inflasi nasional sebesar 0,45 %,” sebutnya seraya mengharapkan, Pemimpin BI Sibolga yang baru, Muhamad Nur untuk meningkatkan peranan jajaran perbankan di wilayah kerjanya dalam mendorong kegiatan para pengusaha yang bergerak di berbagai bidang potensial dengan memanfaatkan kapasitas produksi dan besarnya permintaan disertai konsep kemitraan jangka panjang. (Jas)

Keterangan foto :

SUMPAH : Deputi Gubernur BI, Ardhayadi M saat mengambil sumpah jabatan PBI Sibolga yang baru, Muhamad Nur pada acara sertijab PBI Sibolga, Senin, 10 Agustus 2009, di Graha Aulia BI Sibolga. (batakpos/Jason gultom)