Sibolga, BATAKPOS
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ardhayadi M mengungkapkan, menggeliatnya perekonomian global, terutama di sejumlah negara emerging Asia telah mendorong peningkatan kinerja perekonomian negara kawasan, termasuk Indonesia.
“Bahkan berdasarkan beberapa indikator, laju ekspansi ekonomi Indonesia pada triwulan III 2009 ini berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya hingga mencapai 3,5-4,0 %, terutama didukung membaiknya pengeluaran konsumsi rumah tangga dan ekspor,” ungkap Ardhayadi M pada acara serah terima jabatan (sertijab) Pemimpin Bank Indonesia (PBI) Sibolga dari Androecia Darwis kepada Muhamad Nur, Senin (10/8) di Graha Aulia BI Sibolga.
Sejalan dengan itu, stabilitas nilai tukar rupiah pada Juli 2009 juga masih tetap terjaga, di mana kurs telah kembali berada di bawah level Rp 9.900/USD. Secara fundamental hal tersebut didukung surplus transaksi berjalan, imbal hasil rupiah yang menarik, risiko yang membaik, serta cadangan devisa yang memadai.
Selain itu, penyaluran kredit perbankan juga mulai menunjukkan perbaikan seiring respon suku bunga perbankan terhadap penurunan BI Rate, kendatipun masih sangat lambat akibat masih rendahnya permintaan kredit terkait rendahnya kegiatan investasi. Sementara disisi mikro, industri perbankan kondisinya relatif stabil yang tercermin dari terjaganya NPL dibawah 5 %.
“Hal ini merupakan fundamental industri perbankan yang kuat karena tidak hanya sebagai alat transmisi yang efektif bagi kebijakan moneter, tetapi juga sebagai penyedia dana bagi pembangunan nasional maupun daerah. Maka itu, kita juga berharap penyaluran kredit terus meningkat seiring dengan semakin kondusifnya sektor riil ke depan, terutama penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit UMKM, mengingat kredit jenis ini sangat penting artinya bagi masyarakat kecil untuk terus bertahan dan mengembangkan usahanya,” bebernya.
Pada Rabu (5/8) minggu lalu, lanjutnya, BI telah menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,50 % melalui keputusan rapat dewan Gubernur BI, bahwa tren penurunan inflasi masih berlanjut seiring terbatasnya permintaan domestik dan terus menurunnya ekspektasi inflasi. Namun demikian, BI telah mencermati munculnya tekanan inflasi pada 2010 mendatang akibat peningkatan permintaan domestik dan kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Dalam konteks itu, kebijakan moneter ke depan akan diarahkan untuk lebih antisipatif, sehingga sasaran inflasi sekitar 5 % di tahun 2010 dapat dicapai.
“Sejalan dengan kondisi sarana dan prasarana transportasi saat ini, maka pengendalian laju inflasi di Sibolga selalu menjadi tantangan. Buktinya, pada Juli 2009, terjadi inflasi sebesar 0,97 % (mtm) atau hampir sama dengan rata-rata kota di Sumatera Utara (Sumut) sebesar 0,96 %, namun lebih besar dari inflasi nasional sebesar 0,45 %,” sebutnya seraya mengharapkan, Pemimpin BI Sibolga yang baru, Muhamad Nur untuk meningkatkan peranan jajaran perbankan di wilayah kerjanya dalam mendorong kegiatan para pengusaha yang bergerak di berbagai bidang potensial dengan memanfaatkan kapasitas produksi dan besarnya permintaan disertai konsep kemitraan jangka panjang. (Jas)
Keterangan foto :
SUMPAH : Deputi Gubernur BI, Ardhayadi M saat mengambil sumpah jabatan PBI Sibolga yang baru, Muhamad Nur pada acara sertijab PBI Sibolga, Senin, 10 Agustus 2009, di Graha Aulia BI Sibolga. (batakpos/Jason gultom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar