Ephorus Lutheran Belanda Bertemu Dengan Tokoh Agama Tapteng
Pandan, Batak Pos
Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church Ilona Fritz, Sekretarisnya Coby, mantan Dosen Sekolah Tinggi Theologi (STT) Pematangsiantar, Saparini Siregar beserta rombongan bertemu dengan tokoh agama Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) di ruangan Cendrawasih Kabupaten Tapteng, Sumatera Utara, Sabtu (14/2).
Pada pertemuan tersebut, Ilona Fritz selaku Ephorus dari Negara Belanda itu mengatakan tujuan mereka datang dan bertemu dengan tokoh agama di kabupaten Tapteng karena ingin melihat kehidupan umat beragama di kabupaten Tapteng yang rukun dengan berbeda agama, juga ingin berbagi pengalaman dengan para tokoh agama.
“Saya dan keluarga tinggal di Amsterdam Negara yang kebanyakan penduduknya kebanyakan pendatang dari berbagai Negara, seperti Suriname, Afrika, Asia dan Negara bagian Timur. Kami hidup bersama dengan menghadapi berbagai budaya dan agama dan kami membangun gereja, masjid dan tempat beribadah agama budha dan agama lainnya,” tuturnya menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan penerjemahnya J Matondang.
Dikatakannya, berbeda pada tahun 2002 lalu, dimana salah satu pesawat jatuh ke Negara Amerika dan membuat banyak orang meninggal dunia dari berbagai agama yang berbeda, sehingga membuat konflik baru di Negara-negara Eropa.
“Pada saat itu kita sama-sama berduka, membantu dengan sama-sama membangun perkumpulan. Selain itu, juga kita ketahui ada berbagai konflik di seluruh dunia, seperti konflik di Israel, Afganistan dan konflik dibeberapa kota lainnya. Dan kedatangan kami kesini untuk melihat langsung bagaimana kerukunan umat beragama dapat terjalin dengan berbeda budaya dan agama di Indonesia khususnya Tapteng,” jelasnya.
Amatan Batak Pos pada pertermuan tersebut, antara rombongan Ephorus dari Belanda tersebut, bertukar pengalaan dengan para tokoh agama di Kabupaten Tapteng untuk dapat menjadi masukan menerapkan kerukunan beragama, dengan kondisi penduduknya yang beragam budaya, suku dan agama.
Sementara itu, Pdt Sutoyo Virajayo SAg perwakilan dari agama Budha yag ada di Sibolga-Tapteng mengatakan, meskipun berbagai agama, budaya dan suku ada di Sibolga-Tapteng, namun kerukunan umat beragama terjalin dengan baik.
“Hal tersebut, terlihat pada saat perayaan hari-hari besar agama Budha masyarakat yang beragama Islam dan Kristen bersama-sama dengan kami memasak dan menghidangkan masakan yang disantap bersama-sama. Selain itu, meskipun di kota Sibolga ini hampir 95 persen umat Budha tersebut, dari etnis Cina dan 5 persen lagi dari suku jawa, batak dan lainnya,” jelas Pdt Sutoyo sembari mengatakan sudah bertugas di Sibolga-Tapteng selama 22 tahun sejak tahun 1987 sampai 2009.
Dikatakannya, berhimpunnnya pimpinan agama di FKUB, kerukunan umat beragama dapat selalu terjalin, karena setiap ada masalah dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.
Pdt Maringan Simamora, STh selaku Ketua Badan kerjasama Antar Gereja (BKAG) wilayah Tapteng mewakili umat Kristen mengatakan, pengalaman terjalinnya kerukunan agama di Kabupaten Tapteng, karena masih adanya ikatan keluarga dan masih menganggap satu rumpun atau kampung tanpa membicarakan apa agama yang dianut.
“Masing-masing agama mempunyai kebenaran menurut penganutnya. Harapan kita dengan duduk bersama pemuka agama juga dapat membuat duduk bersama para umat beragama,” katanya.
Sementara itu, ketua MUI Tapteng, Ngadiman KS mewakili umat Islam menjelaskan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin, dimana dalam menjalin kerukunan umat beragama, umat Islam tidak pernah mencampuri agama lain, sehingga dari dulu kekeluargaan dan kerukunan umat beragama yang berbeda tetap terjalin.
“Sebenarnya, tidak dipungkiri bahwa budaya perpecahan yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia merupakan budaya peningggalan Negara Belanda pada saat menjajah Indonesia yang disebut dengan pecaha belah dan kuasai (Devide et Impera),” katanya.
Turut memberikan pengalaman dan masukan akan kerukunan umat beragama yang terus terjalin di Indonesia, khususnya di Kabupaten Tapteng, yakni kepala kantor Departemen Agama kabupaten Tapteng, Drs Dur Brutu, dan mewakili GAMKI Tapteng.
Mendengar keterangan para tokoh agama di Kabupaten Tapteng, Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church, Mrs Ilona menurutkan, bahwa dengan terpilihnya Barack Obama Husein sebagai presiden Amerika Serikat dapat membawa kebiasaan baru di Negara-negara Eropa yang selama ini memandang nama berbau Islam dianggap teroris.
Menurutnya, semua orang hidup dalam kebebasan dengan berbagai budaya, agama dan suku dan usai perang dunia II (kedua) Negara Belanda banyak berubah dengan banyaknya kebudayaan dan agama. “Saya senang dapat ide-ide untuk menjalin kerukunan beragama yang harus dimulai dari bawah. Kami di Amsterdam juga hidup damai dari berbagai agama dan kebudayaan dan berharap terjalinnya kerukunan bergama merupakan perjalanan panjang yang harus dilakukan,” ujarnya.
Usai saling tukar pengalaman untuk menjalin kerukunan beragama antara kedua Negara yakni Indonesia dan Belanda, Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church bersama rombongan di ulosi sebagai tanda kerukunan umat beragama di Tapteng masih erat, sekanjutnya rombongan Ephorus foto bersama dengan para tokoh agama di depan kantor Bupati Tapteng. (Jason Gultom)
Keterangan Foto
Ephorus Lutheran Belanda Diulosi
Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church Ilona Fritz foto bersama dengan Wakil Bupati Tapteng usai diulosi pada pertemuan diskusi kerukunan umat beragama. Menurut Ephorus Gereja Lutheran Belanda ini, ia salut atas kehidupan kerukunan umat Beraga di Indonesia khususnya di Tapteng. (Batak Pos/Jason Gultom)
Pandan, Batak Pos
Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church Ilona Fritz, Sekretarisnya Coby, mantan Dosen Sekolah Tinggi Theologi (STT) Pematangsiantar, Saparini Siregar beserta rombongan bertemu dengan tokoh agama Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) di ruangan Cendrawasih Kabupaten Tapteng, Sumatera Utara, Sabtu (14/2).
Pada pertemuan tersebut, Ilona Fritz selaku Ephorus dari Negara Belanda itu mengatakan tujuan mereka datang dan bertemu dengan tokoh agama di kabupaten Tapteng karena ingin melihat kehidupan umat beragama di kabupaten Tapteng yang rukun dengan berbeda agama, juga ingin berbagi pengalaman dengan para tokoh agama.
“Saya dan keluarga tinggal di Amsterdam Negara yang kebanyakan penduduknya kebanyakan pendatang dari berbagai Negara, seperti Suriname, Afrika, Asia dan Negara bagian Timur. Kami hidup bersama dengan menghadapi berbagai budaya dan agama dan kami membangun gereja, masjid dan tempat beribadah agama budha dan agama lainnya,” tuturnya menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan penerjemahnya J Matondang.
Dikatakannya, berbeda pada tahun 2002 lalu, dimana salah satu pesawat jatuh ke Negara Amerika dan membuat banyak orang meninggal dunia dari berbagai agama yang berbeda, sehingga membuat konflik baru di Negara-negara Eropa.
“Pada saat itu kita sama-sama berduka, membantu dengan sama-sama membangun perkumpulan. Selain itu, juga kita ketahui ada berbagai konflik di seluruh dunia, seperti konflik di Israel, Afganistan dan konflik dibeberapa kota lainnya. Dan kedatangan kami kesini untuk melihat langsung bagaimana kerukunan umat beragama dapat terjalin dengan berbeda budaya dan agama di Indonesia khususnya Tapteng,” jelasnya.
Amatan Batak Pos pada pertermuan tersebut, antara rombongan Ephorus dari Belanda tersebut, bertukar pengalaan dengan para tokoh agama di Kabupaten Tapteng untuk dapat menjadi masukan menerapkan kerukunan beragama, dengan kondisi penduduknya yang beragam budaya, suku dan agama.
Sementara itu, Pdt Sutoyo Virajayo SAg perwakilan dari agama Budha yag ada di Sibolga-Tapteng mengatakan, meskipun berbagai agama, budaya dan suku ada di Sibolga-Tapteng, namun kerukunan umat beragama terjalin dengan baik.
“Hal tersebut, terlihat pada saat perayaan hari-hari besar agama Budha masyarakat yang beragama Islam dan Kristen bersama-sama dengan kami memasak dan menghidangkan masakan yang disantap bersama-sama. Selain itu, meskipun di kota Sibolga ini hampir 95 persen umat Budha tersebut, dari etnis Cina dan 5 persen lagi dari suku jawa, batak dan lainnya,” jelas Pdt Sutoyo sembari mengatakan sudah bertugas di Sibolga-Tapteng selama 22 tahun sejak tahun 1987 sampai 2009.
Dikatakannya, berhimpunnnya pimpinan agama di FKUB, kerukunan umat beragama dapat selalu terjalin, karena setiap ada masalah dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.
Pdt Maringan Simamora, STh selaku Ketua Badan kerjasama Antar Gereja (BKAG) wilayah Tapteng mewakili umat Kristen mengatakan, pengalaman terjalinnya kerukunan agama di Kabupaten Tapteng, karena masih adanya ikatan keluarga dan masih menganggap satu rumpun atau kampung tanpa membicarakan apa agama yang dianut.
“Masing-masing agama mempunyai kebenaran menurut penganutnya. Harapan kita dengan duduk bersama pemuka agama juga dapat membuat duduk bersama para umat beragama,” katanya.
Sementara itu, ketua MUI Tapteng, Ngadiman KS mewakili umat Islam menjelaskan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin, dimana dalam menjalin kerukunan umat beragama, umat Islam tidak pernah mencampuri agama lain, sehingga dari dulu kekeluargaan dan kerukunan umat beragama yang berbeda tetap terjalin.
“Sebenarnya, tidak dipungkiri bahwa budaya perpecahan yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia merupakan budaya peningggalan Negara Belanda pada saat menjajah Indonesia yang disebut dengan pecaha belah dan kuasai (Devide et Impera),” katanya.
Turut memberikan pengalaman dan masukan akan kerukunan umat beragama yang terus terjalin di Indonesia, khususnya di Kabupaten Tapteng, yakni kepala kantor Departemen Agama kabupaten Tapteng, Drs Dur Brutu, dan mewakili GAMKI Tapteng.
Mendengar keterangan para tokoh agama di Kabupaten Tapteng, Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church, Mrs Ilona menurutkan, bahwa dengan terpilihnya Barack Obama Husein sebagai presiden Amerika Serikat dapat membawa kebiasaan baru di Negara-negara Eropa yang selama ini memandang nama berbau Islam dianggap teroris.
Menurutnya, semua orang hidup dalam kebebasan dengan berbagai budaya, agama dan suku dan usai perang dunia II (kedua) Negara Belanda banyak berubah dengan banyaknya kebudayaan dan agama. “Saya senang dapat ide-ide untuk menjalin kerukunan beragama yang harus dimulai dari bawah. Kami di Amsterdam juga hidup damai dari berbagai agama dan kebudayaan dan berharap terjalinnya kerukunan bergama merupakan perjalanan panjang yang harus dilakukan,” ujarnya.
Usai saling tukar pengalaman untuk menjalin kerukunan beragama antara kedua Negara yakni Indonesia dan Belanda, Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church bersama rombongan di ulosi sebagai tanda kerukunan umat beragama di Tapteng masih erat, sekanjutnya rombongan Ephorus foto bersama dengan para tokoh agama di depan kantor Bupati Tapteng. (Jason Gultom)
Keterangan Foto
Ephorus Lutheran Belanda Diulosi
Ephorus of the Lutheran Synod of the Protestant Church Ilona Fritz foto bersama dengan Wakil Bupati Tapteng usai diulosi pada pertemuan diskusi kerukunan umat beragama. Menurut Ephorus Gereja Lutheran Belanda ini, ia salut atas kehidupan kerukunan umat Beraga di Indonesia khususnya di Tapteng. (Batak Pos/Jason Gultom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar