Senin, 03 Agustus 2009

Pertanian

Minyak Nilam Tapteng Tembus Pasar Luar Negeri

Tapteng, BATAKPOS

Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara memiliki komuditi unggulan berupa minyak nimal yang memiliki kualitas tinggi. Di Tapteng, beberapa Kecamatan seperti, Kecamatan Sibabangun, Kecamatan Lumut, Kecamatan Pinangsori dan Kecamatan Badiri merupakan penghasil minyak nilam terbesar di kabupaten Tapanuli Tengah. Hanya saja petani nilam di daerah ini sepertinya kurang perhatian dari Pemkab Tapanuli Tengah. Demikian dikatakan para petani dan penampung minyak nilam kepada wartawan BATAKPOS sewaktu pergu berkunjung ke adarah itu beberapa waktu lalu.

Menurut penuturan salah seorang penampung nilam, Edward Labolo (51) bahwa, masyarakat dibeberapa kecamatan di Tapanuli Tengah merupakan petani nilam. Namun pemerintah Tapanuli Tengah sampai saat ini belum memberikan perhatiannya terhadap komoditi yang mempounyai prospek yang cukup bagus ini. Menurutnya, pemerintah memberikan perhatiannya minimal untuk menstabilkan harga minyak nilam di pasaran.

“Mutu minyak nilam Indonesia di kenal paling baik dan menguasai pangsa pasar 80 - 90%. Minyak nilam (patchouli oil) merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak diperlukan untuk bahan industri parfum dan kosmetik, yang dihasilkan dari destilasi daun tanaman nilam (Pogostemon patchouli),” katanya.

Dia mengakui, bahwa para petani di daerah tersebut merupakan penghasil nilam terbesar di Tapanuli Tengah. Hanya saja para petani ini sangat mengeluhkan ketidak stabilan harga minyak nilam di pasaran. “Tahun 2009 ini minyak nilam di pasar Kecamatan Sibabangun, Lumut, Pinangsori, dan Badiri, drastis turun karena harga minyak nilam anjlok sampai dengan 250.000 per kg dengan kadar 0,7 ml. Padahal tahun-tahun sebelumnya harga minyak nilam di daerah itu sempat mencapai Rp1-1,5jut per kg nya.

“Akibat anjloknya harga minyak nilam ini, sudah banyak petani nilam yang meninggalkan kebun nilamnya, karena harganya yang tidak seimbang. Dia menambahkan bahwa minyak nilam dari Tapanuli Tengah khususnya Kecamatan Sibabangun, Lumut, Pinangsori, Badiri sangat diminati para negara-negara luar, seperti Amerika Serikat dan Inggris,”kata Edward Labolo selaku penampung minyak nilam.

Dijelaskannya, saat harga minyak nilam masih normal, mereka selaku penampung minyak nilam bisa menampung 50-100 kg per kecamatan. Namun, karena harga saat ini anjlok mereka hanya mampu mendapatkan 5kg per kecamatannya. “Andaikata Pemerintah Tapanuli Tengah menjaga stabilnya harga minyak nilam, niscaya PAD Kabupaten Tapanuli Tengah pasti akan semakin bertambah dari komoditi ini,” katanya.

Anjloknya harga minyak nilam ini sangat dirasakan para petani. Menurut salah seorang petani di Kecamatan Sibabangun, Asatolo Laia (44) mengatakan, bahwa mereka sebagai masyarakat petani nilam sangat mengeluh atas harga minyak nilam di daerah tersebut. Para petani ini sangat megharapkan peran aktif dari Pemkab Tapteng, khususnya Dinas yang membidangi hasil perkebunan. Karena mereka mengakui, untuk mendapatkan 1 kg minyak nilam harus dapat mengumpulkan daun nilam kering sebanyak 30 kg. Selanjutnya daun nilam itu dikukus untuk mengambil minyaknya.

“Jadi sangat susah untuk mendaptkan minyak nilam ini. Itu pun tidak ada masalah, jika harganya bisa stabil seperti dulu. Tapi kalau sepeti harga sekarang ini sudah tidak memungkinkan lagi karena tidak seimbang lagi biaya dan tenaga yang kita keluarkan dibandingkan harga minyak nilam saat ini,”keluh pria berkulit putih ini. (Jas)

Keterangan Foto

MINYAK NILA ASAL TAPTENG

Edward Labolo, selaku penampung minyak nilam saat mencium wanginya minyak nilam yang da di Tapteng. Menurutya, minyak nilam ini sangat disukai masyarakat Amerikan dan Inggris. (batakpos/Jason gultom)

Tidak ada komentar: